Dailynesia.co- Elon Musk Serukan AS Hengkang dari NATO dan PBB dalam sebuah unggahan di platform X (sebelumnya Twitter).
Unggahan tersebut muncul di tengah ketegangan geopolitik yang meningkat, terutama terkait konflik Ukraina dan hubungan AS dengan sekutu-sekutu Eropa.
Musk, yang dikenal sebagai pendukung setia Trump, menambahkan bobot pada wacana yang selama ini digaungkan oleh beberapa kalangan konservatif di AS.
Elon Musk Serukan AS Hengkang dari NATO dan PBB: Latar Belakang dan Dampaknya
NATO dan PBB adalah dua pilar utama tatanan dunia pasca-Perang Dunia II. NATO didirikan sebagai aliansi pertahanan untuk melawan ancaman dari Uni Soviet, sementara PBB bertujuan mempromosikan perdamaian dan kerja sama internasional.
Namun, belakangan ini, kedua organisasi ini sering menjadi sasaran kritik dari kalangan konservatif AS, termasuk Trump dan Musk.
Baca Juga: Viral! Pemotor di Pekalongan Hilang Keseimbangan Usai Anjing Tiba-Tiba Lompat dari Keranjang
Musk, yang saat ini memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) di bawah pemerintahan Trump, berargumen bahwa AS telah menanggung beban finansial yang tidak proporsional dalam kedua organisasi tersebut.
Menurutnya, AS membayar hampir 67% dari anggaran militer NATO, sementara banyak negara anggota Eropa tidak memenuhi target belanja pertahanan sebesar 2% dari PDB.
Selain itu, Musk juga mengkritik PBB, menyebutnya sebagai “platform bagi para tiran” yang sering digunakan untuk menyerang AS dan sekutunya.
Ia mendukung RUU yang diajukan oleh Senator Mike Lee untuk menarik AS dari PBB, dengan alasan bahwa organisasi tersebut gagal mencegah perang, pelanggaran HAM, dan pandemi.
Mengapa Seruan Ini Menjadi Kontroversial?
Seruan Elon Musk untuk menarik AS dari NATO dan PBB menuai pro dan kontra. Di satu sisi, para pendukungnya berargumen bahwa langkah ini akan menghemat miliaran dolar anggaran AS dan memaksa sekutu Eropa untuk lebih mandiri dalam hal pertahanan.
Mereka juga menilai PBB tidak efektif dan sering bias terhadap kepentingan AS.
