Dailynesia.co – Papua, sebagai salah satu pulau terbesar di Indonesia, dikenal memiliki keanekaragaman budaya yang sangat kaya, salah satunya upacara kematian Suku Asmat. Salah satu suku yang paling menonjol di Papua adalah Suku Asmat, yang memiliki populasi terbesar di wilayah ini.
Selain dikenal karena keahlian mereka dalam seni ukir, Suku Asmat juga memiliki beragam ritual tradisional yang hingga kini masih dilestarikan. Salah satu yang paling mencolok dan penuh makna adalah upacara kematian Suku Asmat.
Baca juga: Nasi Kebuli Palem Kurma: Porsi Jumbo, Harga Bersahabat!
Filosofi di Balik Ritual Kematian Suku Asmat
Bagi Suku Asmat, kematian bukanlah sekadar peristiwa alamiah, melainkan sesuatu yang lebih mendalam dan penuh makna.
Mereka percaya bahwa kematian bukan terjadi karena faktor alamiah atau usia tua, melainkan sebagai tanda adanya roh jahat yang mengganggu.
Inilah yang melatarbelakangi berbagai prosesi dan ritual yang mereka jalankan saat salah satu anggota suku meninggal dunia, dilansir dari Gramedia.com.
Saat ada seseorang yang sakit parah, masyarakat Asmat tidak terburu-buru memberikan obat atau penanganan medis.
Sebaliknya, mereka akan berkumpul di sekitar orang yang sakit tersebut dan membuat pagar dari pohon dahan nipah di sekelilingnya.
Pagar ini berfungsi sebagai pelindung yang diyakini dapat mengusir roh jahat agar tidak mendekat ke orang yang sakit.
Ritual ini menggambarkan kepercayaan yang kuat terhadap kekuatan roh dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari.
Baca juga: Bukan Bali United, Ragnar Oratmangoen Gabung Klub Belgia dalam Waktu Dekat
Proses Ritual Upacara Kematian Suku Asmat
Setelah seorang anggota suku meninggal dunia, Suku Asmat memulai proses upacara kematian Suku Asmatak dikuburkan seperti pada umumnya, melainkan diletakkan di atas perahu lesung.
Perahu ini dilengkapi dengan bekal sagu, sebagai simbol persediaan makanan untuk perjalanan menuju alam roh.
Perahu lesung tersebut kemudian dibiarkan mengalir ke laut. Mayat tersebut tetap berada di atas perahu hingga proses pembusukan terjadi secara alami.
Setelah tubuh telah membusuk dan hanya tersisa tulang belulang, masyarakat Asmat akan mengumpulkan sisa-sisa tubuh tersebut dan menyimpannya di atas pokok kayu.
Uniknya, tengkorak dari mayat tersebut akan dijadikan bantal oleh anggota keluarga yang ditinggalkan. Tindakan ini dilakukan sebagai wujud kasih sayang dan cinta yang mendalam terhadap almarhum.
Baca juga: Maskapai Penerbangan Disiapkan Kemenhub RI, Bagi Warga Ikut HUT RI ke-79 di IKN
Simbolisme dan Makna di Balik Ritual
Ritual kematian ini memiliki makna yang sangat dalam bagi Suku Asmat. Dengan meletakkan mayat di atas perahu lesung yang mengalir ke laut, Suku Asmat mempercayai bahwa roh almarhum akan kembali ke alam semesta, bersatu dengan elemen alam, terutama dengan air, yang sangat dihormati dalam budaya mereka.
Proses pembusukan alami ini juga melambangkan siklus kehidupan yang terus berputar, di mana kematian adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan itu sendiri.