Baca juga: Pembuatan Kartu Kuning di Lingga Meningkat 2024, Dari Pencari Kerja Hingga Peserta Seleksi PPPK
Sustainabilitas dan Kmpetisi Gobal
Indonesia tidak hanya berhenti pada kemenangan di WTO. Langkah selanjutnya adalah memastikan bahwa pengembangan sawit tetap berkelanjutan dengan mematuhi standar Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).
Upaya ini penting untuk meningkatkan daya saing sawit Indonesia di pasar global sekaligus mendukung target net zero emission pada 2060
Deputi Ketua MPR Eddy Soeparno mengapresiasi kemenangan ini sebagai bagian dari visi besar kedaulatan energi nasional.
Menurutnya, dengan memperluas pasar ke negara-negara berkembang, Indonesia dapat memperkuat posisinya di tengah ketegangan perdagangan global antara AS, China, dan Uni Eropa.
Baca juga: Pelantikan Presiden Amerika Serikat Donald Trump 20 Januari 2025, Tampilkan Artis Top
Indonesia Bungkam Uni Eropa di WTO: Akhir Akal-Akalan atas Nama Lingkungan
Uni Eropa selama ini berdalih bahwa pembatasan sawit Indonesia dilakukan demi lingkungan.
Namun, Panel WTO menemukan bahwa data yang digunakan Uni Eropa untuk menilai sawit sebagai “high ILUC-risk” tidak akurat dan penuh kekurangan.
Menteri Perdagangan Budi Santoso menyatakan bahwa kemenangan ini menjadi peringatan bagi negara-negara lain untuk tidak mengikuti jejak Uni Eropa dalam memberlakukan kebijakan diskriminatif yang menghambat arus perdagangan global.
“Dunia harus sadar bahwa isu lingkungan tidak boleh digunakan sebagai tameng proteksionisme,” tegasnya.
Kemenangan Indonesia atas Uni Eropa di WTO adalah pencapaian luar biasa yang memperkuat posisi Indonesia di panggung global.
Ini bukan sekadar kemenangan hukum, melainkan simbol perlawanan terhadap proteksionisme terselubung.
Ke depan, Indonesia harus memanfaatkan momentum ini untuk memperluas pasar biodiesel dan memperkuat negosiasi perdagangan internasional.
Kini, saatnya Indonesia menunjukkan bahwa kemandirian energi bukan sekadar mimpi, tetapi visi yang dapat diwujudkan.