Memahami Hukum Mencari Tahu Khodam dalam Islam

Dilihat dari Perspektif Ulama

Khodam Menurut Islam
Ilustrasi Khodam Menurut Islam (Suara.com)

Dailynesia.co – Belakangan ini, tren memeriksa khodam melalui aplikasi di media sosial menjadi perbincangan hangat. Aplikasi ini mengklaim mampu menampilkan makhluk pendamping dengan hanya menginput nama pengguna.

Namun, tren ini memicu kekhawatiran di kalangan warganet, sebagian di antaranya merasa hal ini berpotensi syirik atau menyekutukan Allah. Lalu, bagaimana sebenarnya pandangan Islam tentang khodam?

Baca juga: 10 Tempat Liburan Wisata Aceh yang Mengagumkan untuk Dikunjungi

Pengertian Khodam yang Sesungguhnya

Menurut Bincang Syariah, dalam bahasa Arab, khodam berasal dari kata “khodama-yakhdumu-khodim,” yang berarti pembantu. Berdasarkan kepercayaan, khodam diyakini hidup berdampingan dengan manusia, kadang-kadang bahkan menyatu dalam kehidupan sehari-hari.

Buku “Menguak Dunia Jin dan Khodam” menyebutkan bahwa makhluk pendamping dapat berasal dari bangsa malaikat dan jin. Di masyarakat Jawa, khodam dipercaya sebagai pelindung dari berbagai ancaman buruk, seperti dilansir dari Suara.com .

Namun, penting untuk dicatat bahwa tidak semua makhluk pendamping bersifat baik. Ada makhluk pendamping yang justru mendorong seseorang melakukan perbuatan buruk yang dilarang oleh Allah SWT.

Hal ini ditegaskan dalam Q.S Al-Jin ayat 6: “Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.”

Baca juga: Kebijakan Larangan Hijab dan Kasus Toleransi Agama di Tajikistan dan India

Pendapat Buya Yahya Mengenai Khodam

Buya Yahya, dalam kanal YouTube-nya, juga menjelaskan bahwa dalam Islam, makhluk gaib yang menyertai manusia disebut jin atau qarin.

Nabi Muhammad SAW pun memiliki qarin yang terjaga dari godaan buruk. Meski demikian, umat Muslim dianjurkan untuk tidak mencari tahu keberadaan makhluk ini.

“Ada di dalam hadis Nabi setiap dari kita ada qarin atau jin yang menyertai kita. Dan Nabi pun ada qarin, kalau nabi itu terjaga.

Itupun kita harus beriman kepada yang gaib kata Nabi, tapi tidak usah dicari atau pusing, dia punya alam berbeda,” jelas Buya Yahya.

Baca juga: Daftar Rekomendasi 5 Game Android Terbaik dan Populer 2024

Tidak Dianjurkan dalam Islam

Khodam biasanya merujuk pada makhluk yang diperdaya untuk kepentingan seseorang. Dalam Islam, ini tidak dianjurkan karena sifatnya yang syirik.

“Kalau khodam itu orang yang memperdayakan untuk kepentingannya dan itu tidak ada baiknya orang seperti itu,” tambah Buya Yahya.

Dalam pandangan ulama, berinteraksi dengan  makhluk gaib untuk tujuan pribadi dianggap menyimpang dari ajaran Islam.

Keberadaan makhluk gaib harus diimani, tetapi tidak perlu dicari atau dijadikan fokus dalam kehidupan sehari-hari.

Berusaha mendapatkan bantuan dari makhluk pendamping dapat membawa seseorang pada perilaku yang menyekutukan Allah, sebuah dosa besar dalam Islam.

Baca juga: 5 Destinasi Wisata Balikpapan Pesona Alam Bikin Nyaman

Berpegang Teguh Pada Ajaran Al-Quran dan Hadis

Akhirnya, umat Muslim diingatkan untuk tetap teguh pada ajaran Al-Quran dan hadis, serta menghindari praktek-praktek yang dapat menjerumuskan pada syirik.

Memercayai makhluk pendamping sebagai pelindung atau pembantu dalam kehidupan sehari-hari tidak sesuai dengan prinsip tauhid dalam Islam. Sebaliknya, perlindungan dan bantuan harus selalu dimohonkan langsung kepada Allah SWT.

Kesimpulannya, meski keberadaan makhluk pendamping diakui dalam beberapa kepercayaan, Islam menegaskan bahwa mencari tahu atau memanfaatkan khodam adalah praktek yang tidak dianjurkan dan berpotensi menyimpang.

Oleh karena itu, umat Muslim sebaiknya menjauh dari tren atau praktek yang melibatkan makhluk gaib untuk menjaga kemurnian tauhid dan keimanan kepada Allah SWT.

Leave a Reply