Dailynesia.co – Nasib kelas menengah Indonesia saat ini menghadapi tantangan yang semakin kompleks.
Berada di antara kelompok miskin yang menerima bantuan sosial dan kelompok kaya yang memiliki stabilitas finansial, kelas menengah sering kali terabaikan.
Ironisnya, mereka adalah penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional, namun tetap terjebak dalam siklus kesulitan ekonomi yang terus berlanjut.
Baca juga: Heboh Sumur di Sumenep Madura Keluar Air Campur Minyak Tanah, Warga Gempar
Nasib Kelas Menengah Indonesia: Terjepit di Antara Kemiskinan dan Kesenjangan

Dalam survei terbaru, sebanyak 65% pekerja di Indonesia mendapatkan gaji di kisaran Rp6,9 – Rp17,9 juta per bulan, yang menempatkan mereka dalam kategori kelas menengah.
Namun, di balik angka tersebut, banyak yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kelas menengah yang terlihat mapan dari luar sering kali menyembunyikan beban finansial yang berat, dengan cicilan yang menumpuk dan biaya hidup yang terus meningkat.
Baca juga: Jeje Calon Bupati, Nisya Ahmad Dilantik DPRD: Keluarga Raffi Ahmad Kuasai Politik Jabar?
Minimnya Dukungan Sosial: Sumber Ketidakstabilan Ekonomi
Masalah utama yang dihadapi kelas menengah adalah kurangnya dukungan sosial yang memadai.
Pemerintah lebih banyak fokus pada kelompok miskin, meninggalkan kelas menengah dalam posisi yang rentan.
Menurut Tauhid Ahmad, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), “Kelas menengah Indonesia tidak mendapat jaminan sosial yang memadai. Padahal, mereka juga membutuhkan bantuan untuk mengatasi tekanan ekonomi.”
Ahmad menyoroti bahwa Indonesia, sebagai negara berkembang, belum mampu menyediakan dukungan sosial yang komprehensif bagi kelas menengah.