Dailynesia.co – Polio Paralitik, Kementerian Kesehatan Singapura baru-baru ini mengonfirmasi satu kasus impor polio paralitik di negaranya, yang melibatkan seorang anak berusia lima bulan asal Indonesia.
Kasus ini menjadi perhatian serius karena menunjukkan perlunya peningkatan kesadaran akan vaksinasi dan risiko polio, terutama di kalangan anak-anak.
Dalam artikel ini, kita akan mendalami kasus ini dan langkah-langkah pencegahan yang diambil oleh otoritas kesehatan.
Kasus Polio Paralitik di Singapura
Anak tersebut tiba di Singapura pada 26 Januari untuk perawatan medis. Menurut laporan, ia mengalami gangguan kekebalan tubuh dan sebelumnya telah menerima vaksin polio oral (OPV) serta satu dosis vaksin polio inaktif (IPV) di Indonesia.
Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa anak tersebut mengalami demam, lemas akut, dan kelumpuhan pada tungkai bawah pada bulan Desember 2024 saat berada di Indonesia. Sayangnya, polio tidak dicurigai oleh dokter saat itu, dilansir dari detik.com.
Setibanya di Singapura, anak tersebut langsung dirawat di Rumah Sakit Universitas Nasional (NUH) dan saat ini dalam kondisi stabil.
Meskipun demikian, pihak kementerian menegaskan bahwa risiko penularan di masyarakat sangat rendah.
Setelah tiba, anak tersebut diisolasi dan ditempatkan di bawah tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang tepat.
Baca juga: Tragedi Kebakaran Kapal di Ancol: Kapal Terbakar, 1 Tewas, 6 Luka, Kesalahan Teknis atau Kelalaian?
Pentingnya Vaksinasi
Poliomielitis disebabkan oleh virus polio yang dapat ditularkan melalui makanan terkontaminasi. Oleh karena itu, vaksinasi menjadi perlindungan paling efektif terhadap penyakit ini.
Dalam konteks ini, Singapura telah beralih dari penggunaan OPV ke IPV sejak tahun 2021. Vaksin IPV tidak mengandung virus polio hidup, sehingga mengurangi risiko polio paralitik terkait vaksin.