Dailynesia.co – Pemerintah kembali mencanangkan rencana ambisius dengan membangun Rencana Pertanian Modern di IKN (Ibu Kota Nusantara) di Kalimantan Timur.
Tujuannya jelas yaitu menciptakan lumbung pangan dengan teknologi canggih dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Namun, pertanyaan besar yang tak bisa diabaikan adalah, apakah pemerintah telah benar-benar belajar dari kegagalan food estate sebelumnya?
Food estate, yang digadang-gadang menjadi solusi untuk mencapai swasembada pangan, terbukti lebih menjadi bencana ketimbang berkah.
Kurangnya perencanaan matang, eksekusi yang tidak tepat, dan minimnya keterlibatan masyarakat setempat adalah akar dari kegagalan tersebut.
Kini, rencana pertanian modern di IKN tampak memiliki potensi kegagalan yang serupa, apalagi jika tidak ada perubahan signifikan dalam strategi dan implementasi.
Pelajaran Pahit dari Food Estate
Proyek food estate yang tersebar di berbagai wilayah, termasuk Kalimantan Tengah dan Sumatra Selatan, menghadapi banyak kendala. Salah satu penyebab utama adalah kurangnya perencanaan matang.
Bukankah pemerintah sudah melihat bahwa hasilnya jauh dari target yang diharapkan? Tidak hanya gagal mencapai swasembada pangan, tetapi juga meninggalkan jejak kerusakan lingkungan yang cukup serius.
Jadi, mengapa Rencana Pertanian Modern di IKN diulang dengan pola serupa?
Kegagalan food estate menjadi bukti bahwa transformasi pertanian tak bisa dilakukan secara instan, apalagi tanpa melibatkan komunitas lokal dan memerhatikan ekosistem yang ada.
Modernisasi tanpa perencanaan matang hanya akan memperparah masalah dan membawa bencana lingkungan.