Dailynesia.co – Seiring berkembangnya teknologi, metode pemasaran digital mendominasi lanskap bisnis global. Namun, sebutkan media pemasaran konvensional benar-benar hilang ditelan zaman?
Pertanyaan ini semakin relevan mengingat banyaknya bisnis yang masih menggunakan billboard, iklan siaran, dan media cetak.
Artikel ini akan mengulas sebutkan media pemasaran konvensional yang masih relevan di era digital, dan mengkritik kebijakan terkait preferensi pemasaran.
Baca juga: Profil dan Biodata Mayor Teddy, Sosok Sekertaris Kabinet Merah Putih yang Pernah Jadi Ajudan Prabowo
Sebutkan Media Pemasaran Konvensional: Masihkah Relevan?
Dalam dunia yang bergerak cepat ke arah digitalisasi, kita sering melupakan akar dari strategi pemasaran: pemasaran konvensional.
Sebelum teknologi digital hadir, pemasaran konvensional menjadi tulang punggung untuk mengkomunikasikan produk kepada konsumen.
Media seperti iklan cetak, billboard, dan iklan radio masih eksis, terutama di daerah-daerah yang belum tersentuh internet sepenuhnya. Namun, pertanyaannya: seberapa efektif metode ini di masa kini?
Pemasaran konvensional seperti door-to-door sales dan event offline masih memiliki daya tarik, terutama karena kemampuan mereka menjalin hubungan personal.
Misalnya, billboard yang masih menghiasi jalan raya utama menawarkan jangkauan yang luas dan kesan visual yang tak terlupakan.
Walau terdengar usang, sebutkan media pemasaran konvensional ini tetap dapat berfungsi sebagai pelengkap pemasaran digital.
Baca juga: Prabowo dan Gibran Resmi Dilantik: Jangan Lengah, Mari Kawal Janji-Janjinya Mulai Hari Ini!
Media Pemasaran Konvensional: Relevansi di Era Digital
Saat kita sebutkan media pemasaran konvensional yang masih relevan, sulit mengabaikan kekuatan iklan siaran, terutama di radio dan televisi.
Meskipun biaya untuk menayangkan iklan ini cukup mahal, jangkauannya sangat besar, terutama bagi audiens yang terbiasa dengan media tradisional.
Event offline juga merupakan strategi pemasaran yang efektif, terutama ketika bisnis berupaya menciptakan interaksi langsung dengan konsumen.
Namun, kebijakan yang hanya berfokus pada pemasaran konvensional perlu dipertanyakan.
Pemerintah dan banyak perusahaan masih cenderung memprioritaskan pemasaran tradisional tanpa mengakui potensi yang lebih luas dari pemasaran digital.