Seorang saksi mata, MA (21), mengaku melihat lima anak buah kapal (ABK) merokok di atas kapal saat pengisian bahan bakar berlangsung.
Dugaan ini diperkuat oleh laporan dari Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indardi, yang menyebutkan bahwa ledakan pertama terjadi saat BBM sedang dipindahkan dari mobil tangki ke kapal KM Tenggiri.
Pihak berwenang masih menyelidiki apakah insiden ini terjadi akibat kesalahan teknis atau murni kelalaian manusia.
Jika benar ada ABK yang merokok saat pengisian BBM, maka faktor kelalaian menjadi penyebab utama kebakaran.
Namun, jika ditemukan adanya malfungsi teknis dalam proses pengisian bahan bakar, tanggung jawab bisa meluas ke pihak penyedia BBM atau kapal itu sendiri.
Upaya Penanganan dan Langkah Pencegahan
Sebagai respons terhadap insiden ini, sembilan unit mobil pemadam kebakaran dan 36 personel diterjunkan ke lokasi.
Api berhasil dilokalisasi dalam waktu 25 menit setelah pemadaman dimulai, tetapi proses pendinginan berlangsung lebih lama untuk memastikan tidak ada titik api tersisa.
Pihak kepolisian dan otoritas maritim diharapkan segera menetapkan langkah-langkah preventif guna menghindari kejadian serupa di masa mendatang.
Standar keselamatan di pelabuhan dan dermaga harus diperketat, termasuk larangan keras merokok di sekitar kapal yang sedang mengisi BBM, serta penerapan prosedur pengisian bahan bakar yang lebih aman.
Tragedi kebakaran kapal di Ancol ini menjadi pengingat penting tentang pentingnya kepatuhan terhadap prosedur keselamatan.
Apakah insiden ini disebabkan oleh kesalahan teknis atau kelalaian masih harus ditentukan oleh pihak berwenang.
Namun, satu hal yang pasti, pencegahan harus menjadi prioritas utama agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.