Pernyataan ini menuai kecaman keras dari berbagai pihak, termasuk Council on American-Islamic Relations (CAIR).
CAIR menyerukan agar Trump mencopot jabatan Oliner, menyebut pandangannya sebagai “rasis dan penuh kebencian.”
Baca juga: PT Timah Bangkabelitung Berbagi Kebahagian Bersama Masyarakat Tionghoa Rayakan Imlek
Reaksi Internasional Atas Usulan Trump

Usulan Trump dan pernyataan Oliner memicu reaksi keras dari komunitas internasional.
Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi menegaskan bahwa relokasi paksa warga Gaza adalah “garis merah” yang tidak bisa diterima.
“Pengusiran rakyat Palestina dari tanah mereka adalah ketidakadilan yang tidak bisa kami dukung,” kata Sisi.
Yordania juga menolak usulan tersebut. Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi, menyatakan bahwa negaranya tidak akan menerima relokasi warga Gaza.
“Yordania adalah untuk orang Yordania, dan Palestina adalah untuk orang Palestina,” tegas Safadi.
Di Gaza sendiri, warga menolak keras usulan Trump. “Kami tidak akan meninggalkan tanah kami, bahkan jika kami harus tinggal di tenda,” kata Hatem Azzam, seorang warga Gaza.
Trump dan Netanyahu Bahas Relokasi Warga Gaza dengan usulan yang menuai kontroversi dan penolakan luas.
Pernyataan Trump dan utusannya tidak hanya memperburuk hubungan dengan negara-negara Arab, tetapi juga mengancam stabilitas di Timur Tengah.
Semoga insiden ini menjadi pengingat akan pentingnya menghormati hak asasi manusia dan mencari solusi damai yang adil bagi semua pihak.