Utang Paylater Rakyat RI Tembus Rp30 Triliun: Tanda Bahaya Ekonomi atau Sekadar Gaya Hidup?

Angka utang Paylater masyarakat Indonesia yang tembus Rp30,36 triliun pada November 2024 menandakan tren konsumsi berbasis kredit yang terus berkembang. Namun, apakah ini mencerminkan kondisi ekonomi yang memburuk atau justru gaya hidup konsumtif yang semakin meluas?

Utang Paylater Rakyat RI Tembus Rp30 Triliun
Utang Paylater Rakyat RI Tembus Rp30 Triliun/liputan6

Hal ini bisa memicu efek domino terhadap perekonomian, mulai dari menurunnya daya beli hingga melambatnya pertumbuhan ekonomi.

Baca juga: PT Astra Daihatsu Buka Suara Soal Penurunan Penjualan Mobil  Sepi dan Lesu Pembeli di  Tahun 2024

Generasi Muda dan Dilema Finansial

Utang Paylater Rakyat RI Tembus Rp30 Triliun
Utang Paylater Rakyat RI Tembus Rp30 Triliun/kompas

Generasi muda, terutama yang termasuk dalam kategori sandwich generation, menjadi salah satu pengguna utama layanan paylater.

Dengan beban finansial yang menumpuk, seperti membantu orang tua atau membayar biaya hidup tinggi, mereka sering kali mengandalkan paylater sebagai solusi darurat.

Sayangnya, hal ini meningkatkan risiko keterjebakan dalam utang yang sulit dilunasi, terutama bagi mereka yang tidak memiliki literasi keuangan yang memadai.

Baca juga: Pemkab Natuna Sedang Siapkan, Asrama Haji Jadi Posko Pengungsian Bencana

Dampak pada Ekonomi Makro

Paylater memang berperan dalam mendorong inklusi keuangan dengan menjangkau kelompok masyarakat unbanked dan underbanked.

Namun, lonjakan utang konsumtif ini juga menjadi ancaman bagi stabilitas ekonomi. Jika tren ini tidak diimbangi dengan pengelolaan keuangan yang bijak, sistem keuangan nasional bisa terguncang.

Media Wahyudi Askar dari Fiscal Justice CELIOS menjelaskan, “Tingginya NPL mengurangi kepercayaan investor terhadap sistem keuangan.

Selain itu, lembaga keuangan harus menyediakan cadangan lebih besar untuk menutup kerugian, yang pada akhirnya menghambat pertumbuhan kredit baru.”

Lonjakan utang paylater hingga Rp30 triliun mengingatkan kita akan pentingnya literasi keuangan yang lebih baik.

Pemerintah, regulator, dan pelaku industri harus berkolaborasi untuk mengedukasi masyarakat agar lebih bijak dalam menggunakan layanan keuangan.

Bagi individu, disiplin finansial dan pemahaman risiko menjadi kunci untuk menghindari jebakan utang konsumtif.

Paylater bisa menjadi solusi, tetapi tanpa pengelolaan yang baik, layanan ini berpotensi menjadi ancaman serius bagi perekonomian pribadi maupun nasional.

Saatnya mempertimbangkan Apakah kita menggunakan paylater karena kebutuhan, atau sekadar untuk memenuhi gaya hidup?

Leave a Reply