Dailynesia.co – Benarkah nikel Indonesia bisa mengubah peta ekonomi global? Dengan cadangan nikel yang menyumbang 45% dari total cadangan dunia, Indonesia berdiri di garis depan dalam industri hijau yang sedang berkembang.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan potensi ini.
Tetapi apakah kebijakan yang diterapkan benar-benar menguntungkan ekonomi nasional dan rakyat Indonesia? Mari kita telusuri lebih dalam.
Baca juga: Kapan Kevin Diks Main untuk Timnas Indonesia? Sinyal Positif Disampaikan Ketum PSSI
Benarkah Nikel Indonesia Bisa Mengubah Peta Ekonomi Global?
Nikel Indonesia memang memiliki potensi besar. Dalam beberapa tahun terakhir, nilai ekspor nikel Indonesia melonjak drastis dari Rp 45 triliun pada tahun 2015 menjadi Rp 520 triliun pada tahun 2023.
Kebijakan hilirisasi yang mendorong pengolahan nikel menjadi produk bernilai tambah menjadi kunci utama dalam peningkatan ini.
Namun, di balik kesuksesan ini, ada banyak tantangan yang harus dihadapi.
Baca juga: Mengapa Samsung Gear VR Adalah Teknologi yang Tidak Boleh Anda Lewatkan di Era Digital Ini
Tantangan Kebijakan Hilirisasi
Larangan ekspor bijih nikel yang diterapkan sejak 2020 telah menimbulkan berbagai reaksi.
Terutama dari negara-negara pengimpor nikel yang sebelumnya bergantung pada Indonesia.
Bahlil menegaskan bahwa negara-negara tersebut sudah “candu” terhadap bahan baku Indonesia, dan dengan dihentikannya ekspor, mereka merasakan dampak yang signifikan.
Bahkan, sejumlah gugatan internasional, termasuk dari Uni Eropa, mengemuka sebagai respons terhadap kebijakan ini.
Namun, meski tantangan ini ada, pemerintah mengklaim bahwa hilirisasi membawa dampak positif bagi perekonomian.