Dailynesia.co – Deklarasi darurat militer Korea Selatan baru-baru ini mengundang perhatian global.
Keputusan ini mencerminkan ketegangan yang semakin meningkat di semenanjung Korea, seiring dengan ancaman dari negara-negara tetangga dan ketidakstabilan politik domestik.
Langkah yang diambil oleh pemerintah Korea Selatan ini memicu berbagai reaksi internasional dan menambah ketidakpastian dalam hubungan diplomatik di kawasan tersebut.
Baca juga: Prediksi UMP dan UMK DIY 2025 Andai Naik 6,5 Persen, Bantul Berapa?
Deklarasi Darurat Militer Korea Selatan: Alasan dan Dampaknya
Presiden Yoon Suk Yeol menyatakan darurat militer dalam pidato mendadak yang menuding oposisi sebagai ancaman “anti-negara.”
Ia mengklaim langkah ini diperlukan untuk melindungi demokrasi dari potensi ancaman internal dan eksternal, termasuk Korea Utara.
Namun, langkah tersebut langsung dianggap sebagai serangan terhadap kebebasan sipil dan demokrasi.
Sejumlah kebijakan darurat diumumkan, seperti pelarangan aksi politik, demonstrasi, hingga pengendalian media.
Keputusan ini menjadi pengingat suram era militeristik yang telah lama berlalu, di mana kebebasan berbicara dibungkam dan oposisi ditekan.
Baca juga: Pemimpin Korea Selatan Nyatakan Darurat Militer: Apa yang Sebenarnya Terjadi dengan Korea Utara?
Parlemen dan Rakyat Korea Selatan Melawan
Langkah Yoon memicu aksi dramatis di parlemen. Ratusan anggota legislatif berupaya masuk ke gedung parlemen yang dijaga ketat oleh militer untuk mengesahkan pencabutan darurat militer.
Di luar gedung, demonstrasi besar-besaran berlangsung, dengan rakyat menyerukan agar Yoon mengundurkan diri.
Parlemen dengan suara bulat mencabut kebijakan tersebut, yang memaksa Yoon mundur dalam waktu enam jam. Namun, kerusakan politik telah terjadi.
Baca juga: KJP Plus Desember 2024 Mulai Dicairkan Tanggal 6, Segini Jumlah Penerimanya
Reaksi Internasional dan Masa Depan Politik Yoon
Deklarasi ini menarik perhatian dunia, termasuk Amerika Serikat, yang menyatakan keprihatinan mendalam.