Dukungan internasional terhadap demokrasi Korea Selatan terlihat jelas, tetapi reputasi Yoon kini di ambang kehancuran.
Di dalam negeri, seruan untuk impeachment semakin keras. Bahkan partai pendukung Yoon sendiri mengkritik kebijakannya, menyebut langkah ini sebagai “kegagalan tragis.”
Masa depan politik Yoon tampak suram, dengan kemungkinan dikeluarkan dari partainya sendiri.
Baca juga: Makin Brutal! Trump Desak Hamas Lepaskan Sandera Atau Gaza Hancur Lebur
Krisis Kepemimpinan di Tengah Deklarasi Darurat Militer Korea Selatan

Langkah drastis Yoon ini dinilai sebagai upaya mempertahankan kekuasaan di tengah popularitas yang terus merosot.
Sebelumnya, ia menghadapi kritik atas kegagalan menangani tragedi Halloween di Itaewon dan kontroversi korupsi melibatkan keluarganya.
Namun, deklarasi darurat militer yang gagal telah menjadi pukulan telak. Impeachment menjadi opsi nyata, dan anggota partainya sendiri mulai mempertanyakan kepemimpinannya.
Langkah ini mengingatkan rakyat Korea Selatan pada era kelam rezim militer, seperti peristiwa Gwangju tahun 1980, ketika protes damai dijawab dengan kekerasan.
Keputusan Yoon mencederai ingatan kolektif bangsa yang telah berjuang keras menuju demokrasi modern.
Deklarasi darurat militer Korea Selatan adalah pengingat penting bahwa demokrasi membutuhkan perlindungan dari dalam.
Langkah Presiden Yoon tidak hanya menunjukkan risiko otoritarianisme tetapi juga memperkuat tekad rakyat dan parlemen untuk menjaga kebebasan sipil.
Korea Selatan telah membuktikan bahwa suara rakyat dan lembaga demokrasi lebih kuat dari langkah otoriter.
Namun, perjalanan bangsa ini menuju stabilitas masih penuh tantangan, dengan masa depan politik Presiden Yoon yang semakin tidak pasti.