Depopulasi di Takikawa: Pelajaran Penting untuk Masa Depan Kota

Menyelami Krisis Demografi: Tantangan dan Solusi di Takikawa, Jepang

Foto dari Gedung Pemkot Takikawa, Jepang (Detik.com)
Foto dari Gedung Pemkot Takikawa, Jepang (Detik.com)

Dailynesia.co – Takikawa, sebuah kota kecil di Prefektur Hokkaido, Jepang, menghadapi tantangan serius akibat depopulasi.

Fenomena penurunan jumlah penduduk ini tidak hanya terlihat di Takikawa, tetapi juga di berbagai kota lain di Jepang.

Dalam upaya mengatasi krisis ini, pemerintah setempat telah merancang rencana komprehensif pembangunan kota yang berfokus pada peningkatan kualitas hidup warga.

Baca juga: Sandy Walsh ke Liga Jepang, Nyaman dengan Asia Jadi Alasan

Takikawa dan Krisis Depopulasi

Berdasarkan data per November 2024, jumlah penduduk Takikawa mencapai 36.582 orang.

Dari angka ini, terlihat bahwa populasi kota ini mengalami penurunan signifikan dibandingkan dengan era 80-an yang mencapai 52.004 orang.

Selain itu, jumlah penduduk yang berusia 65 tahun ke atas mencapai 36,5% dari total populasi, yang menunjukkan adanya tantangan demografis yang besar bagi kota ini, dilansir dari Suara.com.

Krisis depopulasi di Takikawa tidak hanya berdampak pada jumlah penduduk, tetapi juga pada sektor pendidikan.

Data menunjukkan bahwa jumlah siswa di sekolah-sekolah di Takikawa menurun drastis sekitar 50%. Ini mencerminkan dampak langsung dari penurunan jumlah penduduk yang berakibat pada penutupan beberapa sekolah karena kurangnya peserta didik.

Baca juga: Papua Pegunungan Berencana Perpanjangan Runway Bandara Wamena Tingkatkan Kunjungan Wisatawan

Penyebab Depopulasi di Takikawa

Menurut Makoto Kamazuka, pejabat di Departemen Urusan Umum Pemerintah Kota Takikawa, masalah ini sebagian besar disebabkan oleh rendahnya tingkat kelahiran anak.

Banyak generasi muda yang enggan menikah, yang merupakan salah satu syarat untuk memiliki anak di Jepang. Hal ini dipicu oleh tekanan sosial dan kondisi ekonomi yang tidak mendukung.

“Pernikahan menjadi semakin tidak menarik bagi generasi muda, yang khawatir tentang kemampuan finansial mereka untuk membesarkan keluarga,” ungkap Kamazuka.

Ini menunjukkan bahwa pergeseran nilai dan harapan hidup generasi muda memengaruhi demografi kota.

Leave a Reply