Tekno  

Integrasi AI di ITB: Bagaimana Kebijakan AI ITB Akan Mengubah Pembelajaran?

Apakah langkah Integrasi AI di ITB  ini benar-benar akan meningkatkan kualitas pendidikan, atau justru menciptakan ketergantungan pada teknologi?

Integrasi AI di ITB
Integrasi AI di ITB/Economic review

Dailynesia.co – Integrasi AI di ITB menjadi langkah besar dalam upaya transformasi pendidikan yang ambisius.

Kebijakan ini, yang kini dalam tahap finalisasi, ditujukan untuk memastikan mahasiswa dan dosen dapat beradaptasi dengan teknologi yang kian mendominasi dunia.

Namun, muncul pertanyaan mendasar: apakah langkah ini akan benar-benar meningkatkan kualitas pendidikan atau sekadar menciptakan ilusi inovasi?

Baca juga: Benarkah Nikel Indonesia Bisa Mengubah Peta Ekonomi Global? Apa Artinya Bagi Masa Depan Ekonomi Indonesia?

Potensi Kebijakan Integrasi AI

Integrasi AI di ITB
Integrasi AI di ITB/tribun

Kepala Subdirektorat Perancangan Teknologi dan Konten Pendidikan ITB, Allya Paramita Koesoema, mengungkapkan bahwa kebijakan ini akan mengintegrasikan AI dalam rencana belajar di berbagai fakultas dan sekolah.

Dengan pengawasan dari Satuan Tugas (Satgas) AI ITB, diharapkan integrasi ini dapat memberikan manfaat nyata bagi proses pembelajaran.

Misalnya, penggunaan AI diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam mencapai tujuan akademis mereka tanpa menggantikan kemampuan dasar yang seharusnya dimiliki.

Namun, realitas di lapangan seringkali tidak sejalan dengan harapan. Dengan dorongan kuat untuk menggunakan AI.

Ada risiko bahwa mahasiswa akan lebih mengandalkan teknologi ini ketimbang mengasah kemampuan berpikir kritis dan analitis.

Integrasi AI di ITB harus benar-benar didukung dengan kebijakan yang memastikan bahwa teknologi ini hanya menjadi alat bantu, bukan pengganti.

Baca juga: Berapa Minimal Deposito Seabank 2024? Ini Nominal yang Wajib Calon Nasabah Ketahui

Tantangan dalam Implementasi

Integrasi AI di ITB
Integrasi AI di ITB/pikiran rakyat

Meskipun kebijakan integrasi AI di ITB menjanjikan banyak manfaat, tantangan nyata tetap ada.

Salah satunya adalah masalah etika dan privasi data. Panduan resmi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengedepankan pentingnya etika dalam penggunaan AI, namun bagaimana implementasinya di lapangan?

Apakah mahasiswa dan dosen siap menghadapi tantangan ini tanpa pengawasan yang memadai?

Selain itu, kebijakan ini juga menimbulkan pertanyaan tentang kesetaraan akses. Tidak semua mahasiswa memiliki latar belakang teknologi yang sama; ada yang lebih siap dan ada pula yang terpinggirkan.

Jika kebijakan ini tidak memperhatikan perbedaan tersebut, bisa jadi yang terjadi adalah kesenjangan baru dalam dunia pendidikan.

Dengan kebijakan Integrasi AI di ITB, potensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan memang ada, tetapi tantangannya juga tidak kalah besar.

Jika ITB ingin menjadi pelopor dalam integrasi teknologi ini, maka perlu ada pendekatan yang lebih holistik dan berkelanjutan.

Apakah kebijakan ini akan menjadi tonggak sejarah atau justru jebakan bagi dunia pendidikan kita?

Hanya waktu yang bisa menjawab, namun satu hal yang pasti: transformasi pendidikan harus tetap berfokus pada pengembangan manusia, bukan hanya pada teknologi.

Leave a Reply