Baca juga: Viral #GibranBocilPengecut: Tagar Trending di Media Sosial X, Apa Penyebabnya?
Kesejahteraan Petani yang Terabaikan
Meskipun harga beras tinggi, kesejahteraan petani tetap rendah. Survei Terpadu Pertanian 2021 menunjukkan bahwa pendapatan petani Indonesia berada di bawah rata-rata, bahkan kurang dari $1 per hari.
Hal ini menunjukkan adanya ketidakadilan dalam sistem yang seharusnya menguntungkan petani.
Mengingat bahwa petani merupakan ujung tombak ketahanan pangan, kegagalan dalam meningkatkan kesejahteraan mereka menjadi sorotan yang tidak bisa diabaikan.
Kebijakan yang ada seolah hanya memberikan solusi sementara, tanpa mengatasi akar permasalahan.
Baca juga: Hotel Management System: Ini Pengertian, Fungsi, Fitur Utama dan Manfaatnya
Kebijakan yang Perlu Dievaluasi
Dengan semua fakta ini, satu pertanyaan muncul: Mengapa kebijakan yang ada tidak berpihak pada petani?
Pemerintah perlu mengevaluasi kebijakan subsidi yang ada dan memastikan bahwa petani menerima harga yang adil untuk hasil panennya.
Selain itu, investasi dalam infrastruktur, teknologi pertanian, dan pelatihan untuk petani harus ditingkatkan.
Reformasi dalam distribusi pangan juga harus menjadi prioritas, untuk mengurangi jumlah perantara dan memastikan bahwa petani mendapatkan bagian yang lebih besar dari keuntungan penjualan.
Dalam situasi harga beras RI konsisten paling tinggi di ASEAN ini, perlu ada langkah konkret dari pemerintah untuk mengatasi masalah harga beras yang terus melambung dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Tanpa tindakan nyata, kita akan terus melihat paradoks yang sama: harga beras tinggi, tetapi kesejahteraan petani tetap terabaikan.
Keberlanjutan sektor pertanian dan ketahanan pangan nasional sangat bergantung pada keberanian pemerintah untuk melakukan reformasi yang berarti.
Jika tidak, kita akan terjebak dalam lingkaran setan yang merugikan semua pihak, terutama petani yang seharusnya menjadi pahlawan pangan bangsa atas adanya harga beras RI konsisten paling tinggi di ASEAN.