Ini memastikan bahwa setiap sekolah yang terlibat dalam program ini memiliki akses yang memadai untuk memanfaatkan teknologi yang diberikan.
Menurut Sekretaris Jenderal Kemendikbud, Didik Suhardi, “Guru dan siswa makin mudah mengakses bahan ajar.
Guru, siswa kepala sekolah dan unsur pendidikan juga bisa mengaksesnya. Selain itu, komunitas guru bisa bekerja sama membuat materi bahan ajar digital.”
Program ini juga meluncurkan inisiatif pertama di Kabupaten Natuna pada September 2019, membagikan 1.142 tablet yang telah dilengkapi dengan buku elektronik dan aplikasi Rumah Belajar.
Baca juga: Paus Fransiskus Diagendakan Bertemu Jokowi dan Prabowo Dalam Kunjungan Ke Indonesia
Pengembangan Kompetensi Guru
Suksesnya program digitalisasi sekolah juga bergantung pada peningkatan kompetensi guru dalam teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
“Kunci berhasil atau tidaknya program digitalisasi sekolah ada pada guru,” kata Mendikbud Effendy.
Para guru diharapkan tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai penghubung antara siswa dengan sumber belajar digital yang tersedia.
Guru perlu terus belajar dan meningkatkan keterampilannya, baik secara mandiri maupun melalui pelatihan.
“Peran guru yang juga sangat penting adalah sebagai penjaga gawang informasi atau gate keeper,” tambah Mendikbud Effendy. Ini termasuk melindungi siswa dari informasi yang tidak relevan atau berbahaya.
Program Digitalisasi Sekolah merupakan langkah strategis dalam memperluas akses pendidikan berkualitas di Indonesia, terutama di daerah 3T.
Dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, serta mendukung peningkatan kompetensi guru, diharapkan program ini dapat mempercepat perbaikan sistem pendidikan dan mempersiapkan siswa menghadapi tantangan era digital.
Kemendikbud berkomitmen untuk melanjutkan inisiatif ini dan mengoptimalkan manfaat dari digitalisasi dalam pendidikan.