Minum alkohol, termasuk soju, dianggap sebagai pelanggaran terhadap hukum syariah. Oleh karena itu, bagi umat Muslim, penting untuk menjauhi konsumsi soju atau minuman serupa, meskipun dikemas secara menarik atau dipromosikan secara luas dalam budaya populer.
Selain itu, berbagai negara memiliki peraturan yang mengatur distribusi dan konsumsi alkohol, termasuk soju.
Misalnya, batas usia minimum untuk membeli dan mengonsumsi alkohol berbeda-beda di setiap negara.
Beberapa negara bahkan memberlakukan larangan penuh terhadap distribusi dan penjualan alkohol, termasuk di kawasan Timur Tengah dan beberapa wilayah di Asia.
Baca juga: UI Tangguhkan Gelar Bahlil: Langkah Pertaubatan Integritas atau Sekadar Cuci Tangan?
Mengapa Minuman Soju Begitu Ikonik dan Mengglobal?

Soju kini telah melampaui batas geografis Korea Selatan, menjadi salah satu minuman beralkohol paling banyak dikonsumsi di dunia.
Hal ini diperkuat oleh gelombang budaya Korea (Hallyu), termasuk K-Pop, K-Drama, dan kuliner Korea yang mendunia.
Popularitas soju turut dipengaruhi oleh penyebaran budaya minum yang sering diperlihatkan dalam serial drama Korea.
Namun, terlepas dari ketenarannya, umat Muslim perlu waspada terhadap dampak normalisasi minuman ini dalam kehidupan sehari-hari, terutama di kalangan generasi muda.
Penting untuk memahami ajaran agama dan menolak godaan dari minuman beralkohol, termasuk soju.
Minuman soju adalah bagian integral dari budaya Korea yang memiliki sejarah panjang dan pengaruh global yang signifikan.
Namun, bagi umat Muslim, minuman ini bukan sekadar produk budaya, tetapi juga sesuatu yang dilarang dalam agama.
Penting untuk selalu mengingat bahwa nilai-nilai dan keyakinan harus menjadi panduan utama dalam menghadapi fenomena global seperti popularitas soju.