No Buy Challenge: Cara Efektif Menghentikan Kebiasaan Belanja Berlebihan

Pastikan Anda tidak melakukan satu kebiasaan buruk dari masyarakat Indonesia, belanja berlebihan!

No Buy Challenge (Kompas.com)
No Buy Challenge (Kompas.com)

Ia menyarankan untuk lebih memanfaatkan barang-barang yang sudah dimiliki. Hal ini membantu kita lebih menghargai apa yang kita punya dan tidak mudah tergantikan oleh barang baru yang tidak benar-benar diperlukan.

Baca juga: Puncak Arus Mudik Nataru 2024, PT KAI Telah Berangkatkan 2,5 Juta Penumpang

Menggunakan Metode ‘Am I HALT?’

Cynthia juga memperkenalkan metode ‘Am I HALT?’, sebuah akronim yang membantu mengidentifikasi kondisi emosional sebelum berbelanja impulsif. Berikut adalah penjelasan dari akronim tersebut:

  • H (Hungry): Periksa apakah Anda lapar. Rasa lapar sering kali mendorong seseorang membeli makanan atau camilan berlebih.
  • A (Angry): Apakah Anda sedang marah? Keadaan marah dapat memicu seseorang untuk berbelanja sebagai bentuk pelampiasan.
  • L (Lonely): Evaluasi apakah Anda merasa kesepian. Kesepian sering membuat orang belanja sebagai pelarian.
  • T (Tired): Apakah Anda merasa lelah? Kelelahan dapat membuat seseorang mencari hiburan melalui belanja.

“Misalnya pada bulan puasa, takjilan sangat laku karena dijual saat orang lagi lapar-laparnya. Ketika kita sedang lapar, kita cenderung impulsif,” ujar Cynthia.

Melalui No Buy Challenge ini, diharapkan individu mampu mengontrol pengeluarannya dengan lebih baik dan menghentikan kebiasaan belanja impulsif yang merugikan.

Dengan menormalisasikan hal-hal sederhana, memaksimalkan apa yang sudah dimiliki, dan menggunakan metode ‘Am I HALT?’, kita dapat mulai mempertimbangkan dan menyadari kebutuhan sebelum mengambil keputusan untuk berbelanja dengan No Buy Challenge. Kesadaran finansial ini sangat penting, terutama di era digital saat ini.

Leave a Reply