Dailynesia.co – Konflik Palestina telah berlangsung selama beberapa dekade, dengan akar masalah yang kompleks dan mendalam.
Sejak awal abad ke-20, ketegangan antara warga Palestina dan Israel telah menyebabkan kegaduhan yang berkelanjutan, sering kali disertai dengan kekerasan dan penderitaan kemanusiaan.
Keputusan Trump untuk mengusulkan pemindahan warga Gaza menunjukkan pendekatan yang meremehkan konteks sejarah dan sosial yang melatarbelakangi konflik tersebut.
Keberadaan lebih dari dua juta warga Palestina di Jalur Gaza, yang saat ini hidup dalam kondisi yang sangat sulit akibat blokade dan serangan militer, menambah dimensi kemanusiaan yang mendesak.
Usulan pemindahan massal, seperti yang diajukan Trump, bukan hanya mengabaikan hak-hak mereka, tetapi juga dapat memperburuk kondisi yang sudah buruk.
Pemerintah Yordania menolak wacana Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengusulkan agar warga Palestina di Gaza dipindahkan ke Mesir dan Yordania.
Usulan ini dianggap sebagai langkah yang tidak manusiawi dan berisiko menambah ketegangan di kawasan yang sudah rentan.
Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi, menegaskan sikap tegas negaranya terhadap pemindahan paksa warga Palestina.
“Penolakan kami terhadap pengusiran warga Palestina tegas dan tidak akan berubah,” kata Menlu Safadi dalam sebuah pernyataan yang dikutip AFP.
Pernyataan ini menunjukkan komitmen Yordania untuk melindungi hak-hak warga Palestina, serta menggarisbawahi pentingnya kedaulatan negara dan integritas wilayah.
Baca juga: Ada 3 Ekor Buaya Penangkaran Pulau Bulan Berkeliaran Lepas Bebas, Nelayan Sibuk Ikutan Perburuan
Usulan Trump yang Kontroversial
Sebelumnya, Trump mengusulkan rencana untuk memindahkan lebih dari satu juta warga Palestina dari Jalur Gaza ke negara lain, termasuk Yordania dan Mesir.
Dalam percakapan dengan Raja Abdullah, Trump menyatakan, “Saya ingin Anda menampung lebih banyak (pengungsi), karena saya melihat situasi di Jalur Gaza sekarang sangat berantakan,” melansir CNN.
Pernyataan ini mencerminkan pandangan Trump yang meremehkan kompleksitas masalah Palestina.
Lebih lanjut, Trump menyebutkan bahwa ia juga akan berdiskusi dengan Presiden Mesir, Abdel Fattah el-Sisi, mengenai kemungkinan Mesir ikut menampung warga Gaza.
“Kita berbicara tentang satu setengah juta orang, dan saya pikir kita bisa membersihkan semuanya,” ujar Trump.
Pernyataan ini tidak hanya menuai kritik, tetapi juga menunjukkan kurangnya pemahaman terhadap dampak sosial dan politik dari rencana tersebut.
Baca juga: Berapa Gaji Kevin Diks di Borussia Monchengladbach? Eks Fiorentina Siap Taklukkan Jerman
Reaksi Internasional terhadap Usulan Trump
Proposal Trump terkait pemindahan warga Gaza memicu berbagai reaksi negatif dari negara-negara di kawasan.
Banyak negara Arab secara konsisten menolak ide relokasi pengungsi Palestina, khawatir bahwa langkah tersebut dapat memicu krisis pengungsi baru.
Selain itu, banyak warga Palestina sendiri merasa cemas akan masa depan mereka jika terpaksa meninggalkan tanah air mereka.