Meskipun langkah ini terlihat menjanjikan, berbagai tantangan menghadang pelaksanaan program, mulai dari distribusi hingga kualitas gizi.
Baca juga: Batas Akhir Pendaftaran Seleksi PPPK 2024 Gelombang 2 Kapan? Cek Informasinya
Rp10 Ribu per Porsi: Cukupkah untuk Menu Bergizi?
Anggaran untuk program ini menjadi sorotan utama. Pemerintah mengalokasikan Rp71 triliun dari APBN 2025 untuk membiayai program ini, jauh dari perkiraan awal sebesar Rp450 triliun. Akibatnya, anggaran per porsi turun dari Rp15 ribu menjadi Rp10 ribu.
Dengan anggaran ini, menu standar terdiri dari nasi, lauk hewani, sayuran, dan tambahan seperti telur atau daun kelor di beberapa wilayah.
Namun, penyediaan bahan makanan seperti susu masih menghadapi kendala di daerah non-peternakan. Hal ini menimbulkan pertanyaan: apakah menu ini benar-benar cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi?
Baca juga: Sanksi untuk Admin Whoosh: Kontroversi Komentar Tak Pantas Terhadap Pelatih Timnas
Pelaksanaan Program: Ambisi Besar, Persiapan Minim?
Beberapa pengamat menilai pelaksanaan MBG terlalu tergesa-gesa. Masalah seperti keterlambatan distribusi bahan baku, pengawasan dapur, hingga perubahan konsep menu mengemuka. Bahkan, target 3 juta penerima manfaat pada tiga bulan pertama harus direvisi menjadi hanya 600.000 orang.
Selain itu, muncul kekhawatiran bahwa kerja sama pendanaan dengan negara asing, seperti China, bisa memiliki konsekuensi politik.