Seiring dengan penguatan kerja sama militer AS-Filipina, Indonesia perlu memantau potensi ekspansi kehadiran militer AS di negara-negara ASEAN lainnya.
Meningkatnya ketegangan dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri Indonesia, terutama dalam menjaga netralitas dan memfasilitasi dialog damai antara pihak-pihak yang berseteru.
Indonesia, yang memiliki kepentingan strategis di Laut Cina Selatan, harus mampu menjaga keseimbangan dalam merespons tekanan dari kekuatan besar yang terlibat.
Baca juga: Kemkomdigi Sebut Sampai Tanggal 21 Januari 2025, Telah Blokir 5,7 Juta Konten Judi Online
Apa yang Bisa Dilakukan Indonesia?
Sebagai negara dengan posisi vital di kawasan ini, Indonesia perlu memperkuat diplomasi dan memperluas kerja sama pertahanan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Membangun aliansi regional yang lebih solid dan memperkuat kapasitas pertahanan adalah langkah yang sangat diperlukan untuk menghadapinya. Namun, diplomasi tetap menjadi kunci utama dalam meredakan ketegangan yang ada.
Lebih dari itu, Indonesia juga perlu memperhatikan dampak ekonomi dan sosial dari ketegangan yang meningkat di Laut Cina Selatan.
Keamanan di kawasan ini tidak hanya berdampak pada stabilitas politik, tetapi juga dapat memengaruhi jalur perdagangan internasional yang vital bagi Indonesia.
Oleh karena itu, Indonesia perlu memperkuat posisinya dalam diplomasi multilateral, termasuk di forum-forum internasional seperti ASEAN dan PBB, untuk memastikan bahwa kepentingan regional dan global tetap terjaga.
Keputusan AS untuk menempatkan Rudal Typhon di Filipina merupakan langkah strategis yang memperburuk ketegangan di Laut Cina Selatan.
Bagi Indonesia, yang terletak di kawasan strategis ini, situasi ini membawa dampak langsung terhadap stabilitas kawasan dan kebijakan luar negeri. Indonesia perlu lebih waspada dan cermat dalam menghadapi perkembangan ini.
