“Hal ini tentunya harus menjadi perhatian berkaitan dengan keberadaan tear fault atau sesar antitetik ini,” ucapnya. Kegiatan penyelidikan gempa harus terus ditingkatkan, terutama dalam mengidentifikasi karakteristik sumber-sumber gempa yang belum terpetakan.
Data katalog kejadian gempa merusak dari Badan Geologi akan sangat membantu dalam identifikasi tersebut.
Karakteristik sumber gempa perlu diidentifikasi sebagai masukan untuk pemutakhiran dalam menyusun Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempa dan karakteristik sesar aktif.
Peta-peta ini berguna untuk mendukung kegiatan mitigasi gempa dan sebagai masukan pada revisi penataan ruang.
“Upaya mitigasi dan penataan ruang sangat penting untuk meminimalkan risiko kejadian gempa di masa mendatang,” tutup Supartoyo.