Di sisi lain, Fadjar mengakui keterbatasan kilang Pertamina dalam mengolah minyak mentah dalam negeri.
“Tidak semua kilang kami ter-upgrade, sehingga tidak bisa mengolah berbagai jenis minyak mentah,” ujarnya.
Hal ini memaksa Pertamina mengimpor minyak mentah untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri.
Skandal Minyak Pertamina: Dampak dan Reaksi Publik

Skandal Minyak Pertamina menimbulkan kemarahan publik, terutama terkait dugaan penipuan konsumen melalui praktik oplosan BBM.
Media sosial ramai dengan keluhan konsumen yang merasa dirugikan. “Pantesan Pertamax rasanya makin jelek,” tulis salah satu netizen di Twitter.
Kasus ini juga memicu kritik terhadap kinerja Pertamina sebagai BUMN strategis. Aktivis energi menilai skandal ini menunjukkan lemahnya pengawasan internal dan tata kelola di Pertamina.
“Ini bukti bahwa Pertamina perlu reformasi besar-besaran,” kata pengamat energi Irwandy Arif.
Skandal Minyak Pertamina menjadi tamparan keras bagi reputasi BUMN energi terbesar di Indonesia.
Kasus ini tidak hanya merugikan negara triliunan rupiah, tetapi juga merusak kepercayaan publik terhadap Pertamina.
Ke depan, pemerintah perlu mengambil langkah tegas untuk membersihkan Pertamina dari praktik korupsi dan meningkatkan transparansi tata kelola minyak.
Reformasi internal, modernisasi kilang, serta pengawasan yang ketat terhadap impor dan distribusi BBM harus menjadi prioritas.