Dailynesia.co – Dalam era digital saat ini, teknologi semakin canggih, namun di balik kemajuan tersebut terdapat tantangan serius yang perlu dihadapi.
Salah satu ancaman yang muncul adalah deep fake, yang baru-baru ini menjadi sorotan setelah kasus 11 orang jadi korban video “deepfake” Prabowo.
Kasus ini menunjukkan betapa mudahnya teknologi ini digunakan untuk menyebarkan informasi yang salah dan menimbulkan kebingungan di masyarakat.
Deep fake adalah teknologi yang memungkinkan pembuatan video, gambar, atau klip audio yang terlihat sangat nyata, menggunakan kecerdasan buatan (AI).
Awalnya, teknologi ini digunakan untuk tujuan hiburan dan penelitian. Namun, seiring dengan perkembangannya, penggunaan deepfake untuk tujuan penipuan telah meningkat, termasuk di Indonesia.
Dalam kasus Prabowo, video yang beredar menunjukkan sosok mirip presiden yang menjanjikan bantuan uang Rp 50 juta per Kepala Keluarga (KK).
Pernyataan ini tentunya menimbulkan pertanyaan besar mengenai keaslian dan niat di balik video tersebut, dilansir dari Kompas.com.
Baca juga: Penurunan Nilai Transaksi Judi Online di Indonesia
Dampak Sosial dari Deepfake
Penggunaan deep fake tidak hanya berpotensi merugikan individu yang menjadi korban, tetapi juga dapat menimbulkan dampak sosial yang lebih luas.
Dalam konteks politik, video seperti yang melibatkan Prabowo dapat memengaruhi persepsi publik dan merusak reputasi tokoh politik.
Lebih jauh lagi, penggunaan deep fake untuk menyebarkan informasi tidak benar dapat memperburuk iklim politik dan menciptakan ketidakpercayaan di masyarakat.
Pihak Bareskrim Polri telah menetapkan tersangka AMA sebagai pembuat video deep fake ini.