Ketergantungan pada Sumber Daya Alam: Tanda Kegagalan Struktural?

Indonesia masih sangat bergantung pada ekspor komoditas seperti minyak sawit dan batu bara, yang merupakan bentuk paling dasar dari ekonomi berbasis sumber daya alam.
Di negara-negara maju, sektor jasa dan manufaktur mendominasi perekonomian, sementara sektor sumber daya alam biasanya memainkan peran yang lebih kecil.
Ketika negara lain beralih ke manufaktur dan jasa, Indonesia tampaknya tertahan di rantai nilai ekonomi yang paling rendah.
Hal ini menjadi salah satu indikator bahwa meskipun tampak berkembang, struktur ekonomi Indonesia masih lemah.
Baca juga: Dishub Batam Mulai Terapkan Pembayaran Parkir Non Tunai Gunakan QRIS
Masyarakat Terjebak dalam Konsumsi Tak Produktif

Faktor internal lainnya yang memperburuk kondisi ekonomi Indonesia adalah perilaku konsumsi yang tidak produktif di kalangan masyarakat.
Misalnya, kerugian akibat judi online di Indonesia diperkirakan mencapai 600 triliun rupiah per tahun, sementara pinjaman online menyumbang kerugian hingga 120 triliun rupiah.
Selain itu, Sisa makanan yang terbuang mencapai 500 triliun rupiah setiap tahunnya, serta kemacetan yang menyebabkan kerugian hingga 100 triliun rupiah.
Semua ini menciptakan “hilangnya uang sia-sia” yang seharusnya bisa digunakan untuk pembangunan ekonomi yang lebih produktif.
Ekonomi Indonesia Turun dalam Setahun dari data 2020-202 dari status upper middle income menjadi lower middle income tidak hanya berhenti di tahun 2021, tetapi dampaknya semakin terasa hingga tahun 2024.
Tingginya suku bunga acuan, ketergantungan pada ekspor sumber daya alam, serta perilaku konsumsi masyarakat yang tidak produktif telah membawa Indonesia semakin mendekati titik kritis.
Saat ini, tanda-tanda krisis ekonomi dan resesi sudah jelas terlihat, dan tanpa perbaikan kebijakan yang tepat, kondisi ini berpotensi terus memburuk.