Mereka dengan cepat menguasai wilayah-wilayah strategis, memutus jalur logistik, dan mengepung Damaskus.
4. Euforia dan Perayaan Jatuhnya Rezim
Keberhasilan oposisi memicu gelombang perayaan di seluruh Suriah. Rakyat menurunkan patung dan gambar Bashar serta Hafez al-Assad, simbol tirani yang telah berlangsung selama lebih dari 50 tahun.
Khususnya di Damaskus, tank-tank dihiasi dengan bendera revolusi, dan warga tumpah ruah di jalanan sambil melantunkan slogan anti-Assad. Banyak keluarga yang bersatu kembali setelah bertahun-tahun terpisah akibat perang.
Baca juga: Sejarah Baru! Timnas Putri Indonesia Cetak Kemenangan Perdana di AFF 2024
Dampak Jatuhnya Rezim Bashar al-Assad
Jatuhnya rezim ini menjadi momen transisi yang penuh harapan sekaligus tantangan besar bagi Suriah.
Perdana Menteri Mohammad Ghazi al-Jalali telah mengumumkan kesediaan pemerintah untuk menyerahkan kekuasaan kepada pemerintahan transisi.
Namun, masih ada kekhawatiran mengenai dominasi kelompok-kelompok oposisi, terutama yang memiliki catatan pelanggaran hak asasi manusia.
Selain itu, negara-negara internasional seperti Amerika Serikat dan PBB mendesak semua pihak di Suriah untuk menjaga perdamaian dan membangun masa depan yang stabil. Namun, potensi konflik antar faksi tetap menjadi ancaman yang nyata.
Jatuhnya Bashar al-Assad adalah puncak dari perjuangan panjang rakyat Suriah melawan rezim represif.
Meskipun perayaan sedang berlangsung, masa depan Suriah masih dipenuhi ketidakpastian. Perjalanan panjang menuju perdamaian, rekonstruksi, dan stabilitas baru saja dimulai.
Rezim mungkin telah tumbang, tetapi pekerjaan besar masih menanti rakyat Suriah untuk membangun kembali tanah air mereka.
