Deputi Bidang Transformasi Hijau dan Digital Otorita IKN (OIKN), Mohammed Ali Berawi, menyebutkan bahwa hasil uji coba “Proof-of-Concept” menunjukkan bahwa kereta otonom ini tidak berfungsi dengan baik di IKN, terutama dalam mengendalikan lalu lintas campuran. “Sistem ART belum bisa beroperasi sesuai harapan,” ungkapnya.
Baca juga: UI Tangguhkan Gelar Bahlil: Langkah Pertaubatan Integritas atau Sekadar Cuci Tangan?
Kenapa ART Kembali ke China?
Keputusan untuk menarik ART kembali ke China didasari oleh hasil evaluasi yang tidak memadai. Kereta tanpa rel IKN kembali ke China ini, yang diharapkan dapat beroperasi di IKN, tidak dapat memenuhi standar yang diperlukan.
Dalam kontrak kerja sama, Norinco, perusahaan asal China yang mengembangkan kereta tanpa rel IKN kembali ke China ini bersama CRRC, berkewajiban menarik kembali ART jika hasil evaluasi menyatakan ketidaklayakan operasional.
Otorita IKN, setelah melakukan diskusi dengan berbagai pihak, akhirnya memutuskan untuk meminta ART ditarik dan diperbaiki di China sebelum bisa dipertimbangkan kembali untuk digunakan.
Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Perhubungan, Budi Rahardjo, menjelaskan bahwa meskipun ART gagal memenuhi ekspektasi, proyek ini tidak merugikan negara karena biaya pengujian dan implementasi ditanggung oleh pihak vendor. “Negara tidak akan dirugikan,” jelasnya.
Baca juga: Bus Transjakarta Dilempar Batu oleh Pemotor, Kaca Depan Pecah
Masalah yang Dihadapi Kereta Tanpa Rel
Salah satu masalah utama yang ditemukan adalah sistem otonom yang digunakan ART tidak dapat berfungsi dengan baik di kondisi lalu lintas yang lebih dinamis.
Kereta ini diuji di jalur yang berbagi ruang dengan kendaraan lain, namun teknologi kendali otomatisnya masih belum dapat mengelola situasi lalu lintas campuran dengan baik.
Selain itu, faktor keselamatan menjadi perhatian utama, karena teknologi otonom ART tidak dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan infrastruktur IKN yang masih dalam tahap pembangunan.