Kereta Tanpa Rel IKN Kembali ke China: Inovasi yang Tidak Sesuai Harapan?

Kereta tanpa rel otonom (ART) yang dijanjikan akan menjadi transportasi ramah lingkungan di IKN, akhirnya harus kembali ke China setelah evaluasi menunjukkan sistemnya belum optimal. Apakah ini pertanda bahwa inovasi ini tidak siap untuk Indonesia?

Kereta Tanpa Rel IKN Kembali ke China
Kereta Tanpa Rel IKN Kembali ke China/tempo

Baca juga: Bus Transjakarta Dilempar Batu oleh Pemotor, Kaca Depan Pecah

Masalah yang Dihadapi Kereta Tanpa Rel

Kereta Tanpa Rel IKN Kembali ke China
Kereta Tanpa Rel IKN Kembali ke China/Xinhua

Salah satu masalah utama yang ditemukan adalah sistem otonom yang digunakan ART tidak dapat berfungsi dengan baik di kondisi lalu lintas yang lebih dinamis.

Kereta ini diuji di jalur yang berbagi ruang dengan kendaraan lain, namun teknologi kendali otomatisnya masih belum dapat mengelola situasi lalu lintas campuran dengan baik.

Selain itu, faktor keselamatan menjadi perhatian utama, karena teknologi otonom ART tidak dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan infrastruktur IKN yang masih dalam tahap pembangunan.

Kritik juga datang dari Walhi (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia), yang mempertanyakan klaim ramah lingkungan ART.

Mereka menilai bahwa perencanaan awal terkait transportasi ini belum matang dan tidak ada kejelasan mengenai siapa pengguna utama dari sistem ini.

Jika ART tidak dapat berfungsi secara optimal, klaim tentang pengurangan emisi gas rumah kaca dan efisiensi energi menjadi diragukan.

Baca juga: Kolaborasi NewJeans dan Indomie Memicu Kontroversi: Indomie Bukan “Korean Ramyeon”!

Solusi untuk IKN: Apa yang Bisa Dipelajari dari Kegagalan ini?

Meski ART harus kembali ke China, kegagalan ini tidak serta-merta menunjukkan kegagalan total. Sebaliknya, ini adalah pelajaran penting mengenai kesiapan teknologi dan infrastruktur.

Pemerintah harus memastikan bahwa teknologi yang diterapkan sesuai dengan kondisi lokal dan siap untuk diimplementasikan dengan baik.

IKN membutuhkan transportasi yang efisien dan ramah lingkungan, tetapi juga harus berfungsi dengan baik di dunia nyata.

Ke depan, proyek-proyek inovatif seperti ART perlu lebih memperhatikan kesiapan teknologi dan infrastruktur yang ada.

Evaluasi menyeluruh pada tahap perencanaan dan uji coba sangat penting untuk memastikan keberhasilan implementasi.

Transportasi yang cerdas bukan hanya soal teknologi canggih, tetapi bagaimana teknologi tersebut bisa diterapkan secara efektif dan efisien dalam konteks Indonesia.

Leave a Reply