Dailynesia.co – Bahrain minta pindah venue ke FIFA karena alasan keselamatan setelah kena omelan netizen Indonesia?
Serius, belum juga bertanding, mereka sudah merengek minta pindah lokasi. Pertandingan yang seharusnya digelar di Jakarta pada Kualifikasi Piala Dunia 2026 jadi drama tersendiri, karena Bahrain mengaku takut atas ancaman yang dilontarkan netizen.
Apakah ini menunjukkan ketidaksiapan mental tim nasional Bahrain? Atau justru alasan yang terlalu berlebihan?
Artikel ini akan mengupas tuntutan Bahrain yang tampak konyol, beserta respons PSSI yang tetap tenang meski disodori drama tak berujung.
Baca juga: Ebook Diabetes Melitus Kemenkes Download Di Mana? 4 Langkah Pencegahan!
Mengapa Bahrain Tidak Kuat Hadapi Tekanan Netizen?
Bahrain mengaku menerima ancaman, hinaan, dan hujatan di media sosial yang dianggap dapat membahayakan keselamatan tim saat bermain di Jakarta.
Seiring dengan itu, minta pindah venue ke FIFA dilayangkan dengan dalih menghindari risiko lebih lanjut.
Tindakan Bahrain ini menimbulkan pertanyaan: apakah ancaman di media sosial benar-benar menjadi alasan kuat untuk minta pindah venue ke FIFA?
Sepak bola adalah olahraga yang sering kali memicu emosi tinggi, dan tekanan dari pendukung lawan bukanlah hal baru di dunia sepak bola.
Namun, dengan permintaan pemindahan venue, Bahrain justru memperlihatkan sisi yang seolah tidak siap menghadapi tekanan eksternal, baik itu dari lawan di lapangan maupun dari netizen.
Serangan di media sosial memang tidak bisa dipandang remeh, namun apakah ini cukup menjadi dasar untuk memindahkan pertandingan sebesar kualifikasi Piala Dunia?
Banyak yang menilai, reaksi Bahrain ini terkesan berlebihan dan menunjukkan ketidakmampuan mental menghadapi tantangan di luar lapangan.
Bahrain Minta Pindah Venue ke FIFA: Tindakan Berlebihan atau Antisipasi?
Ketika BFA melayangkan permintaan ke FIFA, sejumlah pengamat menilai bahwa tindakan ini terlalu reaktif.
Memang, keamanan pemain adalah prioritas utama, namun banyak yang menilai bahwa Indonesia mampu menjaga keamanan tim tamu.
Arya Sinulingga, anggota Komite Eksekutif PSSI, menegaskan bahwa Indonesia sudah membuktikan diri sebagai tuan rumah yang baik selama Piala Dunia U-17 2023.
Dia juga menyatakan bahwa Indonesia adalah bangsa yang ramah terhadap tamu, dan Bahrain tidak perlu khawatir.
Reaksi warganet ASEAN terhadap tindakan Bahrain juga cukup keras. Banyak yang menyebut tindakan ini sebagai “rengekan” yang tidak sebanding dengan tantangan sebenarnya di lapangan.
“Fans Indonesia selalu ingin berkelahi, tapi ini hanya permainan,” komentar seorang warganet Vietnam.
Reaksi-reaksi semacam ini mempertegas bahwa tekanan dari netizen adalah bagian dari lingkungan kompetitif dalam sepak bola, dan seharusnya tidak dijadikan alasan untuk menghindari pertandingan.
Baca juga: Siswa Asal Medan Terseret Ombak Pantai Tulungagung, Begini Kronologinya
Apakah Ini Refleksi Kesiapan Bahrain di Lapangan?
Pada akhirnya, permintaan Bahrain minta pindah venue ke FIFA memunculkan pertanyaan lebih besar: apakah tim nasional mereka benar-benar siap menghadapi Timnas Indonesia, baik secara fisik maupun mental?
Keputusan untuk memindahkan venue mencerminkan ketidakmampuan dalam mengelola tekanan eksternal, yang seharusnya menjadi bagian dari persiapan mental setiap tim.
Langkah Bahrain ini bukan hanya menggambarkan kekhawatiran atas keselamatan, tetapi juga mempertanyakan bagaimana mereka akan menghadapi tekanan lebih besar di turnamen internasional.
Jika tekanan dari netizen Indonesia saja sudah memicu kepanikan, bagaimana mereka akan menghadapi tekanan lebih besar di ajang Piala Dunia yang sesungguhnya?
Baca juga: Inilah 49 Menteri pada Kabinet Prabowo: Apakah Ini Kabinet Reformasi atau Status Quo?
Kebijakan yang Perlu Dipikir Ulang
Tindakan Bahrain Minta Pindah Venue ke FIFA bukan hanya soal keselamatan, tapi juga soal mentalitas dalam menghadapi tantangan.
Sepak bola selalu menjadi ajang yang penuh tekanan, baik dari lawan maupun pendukung.
Permintaan ini memperlihatkan sisi rentan dari tim Bahrain dalam menghadapi kritik, dan seharusnya menjadi refleksi bagi mereka untuk memperkuat mentalitas tim ke depannya.