Perjanjian Gencatan Senjata Israel-Hamas: Janji Damai atau Strategi Licik Israel Lagi?

Dunia kembali menyaksikan momen krusial dalam sejarah konflik Israel-Palestina. Perjanjian Gencatan Senjata Israel-Hamas memunculkan harapan baru, tetapi akankah ini benar-benar membawa perubahan, atau justru menjadi panggung manipulasi politik lainnya?

Perjanjian Gencatan Senjata Israel-Hamas.
Perjanjian Gencatan Senjata Israel-Hamas./minanews

Dalam konteks ini, Perjanjian Gencatan Senjata Israel-Hamas tampak lebih seperti penanganan gejala daripada penyelesaian akar masalah.

Apakah Israel akan benar-benar membuka blokade untuk memungkinkan bantuan internasional masuk?

Ataukah ini hanya strategi untuk meredam kritik global sementara waktu?

Pertanyaan-pertanyaan ini mencuat di tengah upaya dunia untuk menilai keseriusan Israel dalam menciptakan perdamaian sejati.

Baca juga: PDI-P dan KPK: Ketegangan dalam Proses Hukum di Indonesia

Peran Dunia Internasional: Akankah Dunia Percaya Lagi?

Perjanjian Gencatan Senjata Israel-Hamas.
Perjanjian Gencatan Senjata Israel-Hamas./CNN Indonesia

Peran dunia internasional dalam mengawasi dan menekan implementasi Perjanjian Gencatan Senjata Israel-Hamas sangat penting.

Negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa sering kali terjebak dalam politik ganda, mengutuk kekerasan tetapi tetap mendukung militer Israel dengan dana dan senjata.

Di sisi lain, solidaritas dari negara-negara Muslim dan gerakan masyarakat sipil global perlu terus diperkuat untuk mendesak Israel mematuhi perjanjian ini.

Namun, kepercayaan dunia terhadap komitmen Israel telah terkikis. Jika Israel kembali melanggar janji, bukan hanya rakyat Palestina yang menderita, tetapi juga kredibilitas lembaga internasional seperti PBB yang dipertaruhkan.

Baca juga: Zendo Muhammadiyah Siap Saingi Gojek-Grab: Layak Dicoba atau Hanya Angin Segar?

Harapan di Tengah Keraguan

Perjanjian Gencatan Senjata Israel-Hamas adalah momen yang membawa harapan sekaligus tantangan.

Perdamaian sejati membutuhkan komitmen dan keberanian dari kedua pihak, terutama dari Israel, yang memiliki kekuatan lebih besar dalam konflik ini.

Dunia harus bersikap tegas dalam memastikan janji damai tidak menjadi alat manipulasi politik.

Leave a Reply