Dalam konteks ini, Perjanjian Gencatan Senjata Israel-Hamas tampak lebih seperti penanganan gejala daripada penyelesaian akar masalah.
Apakah Israel akan benar-benar membuka blokade untuk memungkinkan bantuan internasional masuk?
Ataukah ini hanya strategi untuk meredam kritik global sementara waktu?
Pertanyaan-pertanyaan ini mencuat di tengah upaya dunia untuk menilai keseriusan Israel dalam menciptakan perdamaian sejati.
Baca juga: PDI-P dan KPK: Ketegangan dalam Proses Hukum di Indonesia
Peran Dunia Internasional: Akankah Dunia Percaya Lagi?
Peran dunia internasional dalam mengawasi dan menekan implementasi Perjanjian Gencatan Senjata Israel-Hamas sangat penting.
Negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa sering kali terjebak dalam politik ganda, mengutuk kekerasan tetapi tetap mendukung militer Israel dengan dana dan senjata.
Di sisi lain, solidaritas dari negara-negara Muslim dan gerakan masyarakat sipil global perlu terus diperkuat untuk mendesak Israel mematuhi perjanjian ini.
Namun, kepercayaan dunia terhadap komitmen Israel telah terkikis. Jika Israel kembali melanggar janji, bukan hanya rakyat Palestina yang menderita, tetapi juga kredibilitas lembaga internasional seperti PBB yang dipertaruhkan.
Baca juga: Zendo Muhammadiyah Siap Saingi Gojek-Grab: Layak Dicoba atau Hanya Angin Segar?
Harapan di Tengah Keraguan
Perjanjian Gencatan Senjata Israel-Hamas adalah momen yang membawa harapan sekaligus tantangan.
Perdamaian sejati membutuhkan komitmen dan keberanian dari kedua pihak, terutama dari Israel, yang memiliki kekuatan lebih besar dalam konflik ini.
Dunia harus bersikap tegas dalam memastikan janji damai tidak menjadi alat manipulasi politik.