Dailynesia.co – Trump pilih kabinet Pro-Israel, sebuah keputusan yang mengundang banyak kritik, kembali menegaskan kebijakan luar negeri yang sangat mendukung Israel.
Pemilihan sejumlah tokoh yang dikenal sebagai pendukung kuat Israel ini memperlihatkan keberpihakan jelas pemerintah AS terhadap negara tersebut.
Namun, keputusan ini menimbulkan kekecewaan di kalangan komunitas Muslim Amerika, yang merasa kebijakan ini adalah pengkhianatan terhadap prinsip inklusivitas dan keadilan yang dijanjikan oleh Trump pilih kabinet Pro-Israel selama kampanye politiknya.
Kebijakan ini juga memperburuk ketegangan sosial di dalam negeri, khususnya antara komunitas Muslim dan pemerintah AS.
Baca juga: Houthi Sukses Serang Kapal Perang AS: Drone dan Rudal Guncang Keangkuhan Amerika!
Trump Pilih Kabinet Pro-Israel: Dukung Israel dengan Kebijakan Kuat
Selama masa jabatannya, Trump sering kali menunjukkan kebijakan yang sangat pro-Israel.
Salah satu langkah yang paling terkenal adalah pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem, yang kemudian memicu kemarahan di dunia Arab dan kawasan Palestina.
Pemilihan anggota kabinet pro-Israel menjadi kelanjutan dari kebijakan ini, dengan beberapa tokoh kunci yang memiliki pandangan yang sangat mendukung negara Yahudi tersebut.
Kebijakan ini menandai keberpihakan AS yang semakin jelas kepada Israel dalam konflik yang telah berlangsung lama dengan Palestina.
Dalam konteks ini, Trump pilih kabinet Pro-Israel berpendapat bahwa mendukung Israel adalah bentuk penguatan hubungan strategis dan politik antara kedua negara, serta bentuk dukungan terhadap hak Israel untuk mempertahankan dirinya.
Namun, langkah ini menuai banyak kritik, terutama dari kelompok-kelompok yang selama ini mendukung solusi dua negara, yakni Palestina dan Israel yang hidup berdampingan secara damai.
Baca juga: Cara Gunakan Obat Nyamuk Vape Liquid Elektrik, Aman dari Gigitan Nyamuk
Muslim Amerika Kecewa: Janji Inklusivitas yang Pupus
Muslim Amerika yang sebelumnya berharap akan adanya kebijakan inklusif dari pemerintahan Trump merasa semakin terpinggirkan dengan kebijakan ini.
Bagi mereka, keputusan Trump memilih kabinet pro-Israel adalah pengkhianatan terhadap janji untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia dan toleransi antarumat beragama.
Sejak awal kampanye, Trump sering kali berbicara tentang pentingnya mendekatkan diri dengan semua kelompok agama.
Namun kenyataannya kebijakan yang ia terapkan lebih memperlihatkan keberpihakan kepada Israel, negara yang dalam pandangan banyak kalangan, memiliki rekam jejak yang buruk terkait hak-hak Palestina.
Keputusan ini memperburuk ketegangan antara pemerintah AS dan komunitas Muslim, yang selama bertahun-tahun merasa berada dalam posisi yang tidak diuntungkan.
Kebijakan tersebut menambah ketidakpercayaan terhadap pemerintahan yang mereka anggap tidak memperhatikan kebutuhan dan suara mereka.
Bagi banyak Muslim Amerika, pemilihan kabinet ini seolah menegaskan bahwa pemerintah lebih memilih untuk mendukung kebijakan luar negeri yang kontroversial dan cenderung mendiskriminasi komunitas yang lebih kecil.
Baca juga: Prediksi Line Up Indonesia Lawan Arab Saudi Kualifikasi Piala Dunia 2026, Eliano Main?
Dampak Jangka Panjang Kebijakan Pro-Israel Terhadap Muslim Amerika
Kebijakan pro-Israel yang ditetapkan oleh Trump dapat memicu dampak jangka panjang dalam hubungan antarumat beragama di AS, khususnya antara komunitas Muslim dan pemerintah.
Hal ini membuka peluang bagi meningkatnya polarisasi sosial, di mana Muslim Amerika akan semakin merasa terpinggirkan dan kehilangan hak mereka sebagai warga negara yang setara.
Ketidakadilan dalam kebijakan luar negeri AS ini juga memperburuk citra Trump di mata masyarakat internasional, yang melihat Amerika Serikat semakin menjauh dari nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia.
Bagi kelompok-kelompok pro-Palestina dan Muslim Amerika, keputusan ini dapat meningkatkan rasa ketidakadilan yang selama ini mereka rasakan.
Mereka merasa bahwa meskipun mereka berkontribusi pada negara ini, suara mereka tetap tidak didengar.
Ketidakadilan ini berpotensi meningkatkan ketegangan antara kelompok etnis dan agama, dan mengarah pada gesekan sosial yang lebih besar.
Baca juga: 5 Cara Berhenti Minum Kopi Tanpa Sakit Kepala, Dijamin Ampuh
Kebijakan yang Membelah Amerika
Kebijakan Trump pilih kabinet pro-Israel bukan hanya soal geopolitik atau dukungan terhadap Israel semata, tetapi lebih dari itu, ini adalah kebijakan yang secara langsung mempengaruhi kehidupan sehari-hari komunitas Muslim di Amerika.
Kebijakan tersebut memperburuk hubungan antarumat beragama, dan membuat kelompok minoritas merasa terpinggirkan.
Bagi Muslim Amerika, keputusan ini adalah pengkhianatan terhadap janji untuk mewujudkan negara yang adil dan inklusif bagi semua warganya.