Dailynesia.co- Presiden Jokowi baru-baru ini menyebut bahwa 85 juta pekerjaan akan hilang di 2025, sebagian besar akibat otomasi dan kemajuan teknologi.
Pernyataan ini mengguncang masyarakat, terlebih di tengah janji bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bagi Indonesia.
Sayangnya, alih-alih memanfaatkan ledakan penduduk usia produktif, negara ini justru terancam krisis lapangan kerja besar-besaran.
Pekerjaan hilang, sementara solusi yang ditawarkan pemerintah masih jauh dari implementasi yang nyata.
Baca juga: Rahasia Hotel Marketing: Cara Menarik Tamu dan Meningkatkan Pendapatan
Bonus Demografi: Peluang atau Ancaman?
Bonus demografi adalah situasi di mana jumlah penduduk usia produktif jauh lebih besar daripada penduduk non-produktif.
Dalam teori, kondisi ini seharusnya membawa pertumbuhan ekonomi yang pesat. Namun, prediksi hilangnya 85 juta pekerjaan di 2025 mengancam membalikkan keuntungan ini menjadi bencana.
Tantangan terbesar yang dihadapi pemerintah adalah memastikan lapangan kerja yang cukup tersedia, sementara perkembangan teknologi dan otomasi justru memperkecil peluang kerja.
Jika tidak ada kebijakan yang konkret dan implementatif, bonus demografi ini bisa berubah menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja.
Baca juga: SnackVideo Ikut Pameran Naval Base Open Day 2024, Dukung Kesadaran Maritim di Indonesia
85 Juta Pekerjaan Akan Hilang di 2025: Siapa yang Harus Bertanggung Jawab?
Jokowi menegaskan pentingnya strategi taktis untuk menghadapi tren kehilangan pekerjaan ini.
Namun, yang menjadi sorotan utama adalah lambatnya respons pemerintah dalam menghadapi perubahan di dunia kerja.
Perkembangan otomatisasi yang pesat telah terjadi sejak beberapa tahun terakhir, tetapi solusi yang ditawarkan pemerintah, termasuk UU Cipta Kerja, justru gagal menciptakan lapangan kerja baru.
Bukannya menambah pekerjaan, malah terjadi pemutusan hubungan kerja massal di banyak sektor.
Krisis ini menggambarkan ketidaksiapan pemerintah dalam menghadapi disrupsi teknologi dan tantangan ekonomi global.
Baca juga: Rekor Tertinggi :Emas Antam Sentuh Rp1.455.000
Bom Waktu yang Mengintai Tenaga Kerja Indonesia
Dengan potensi 85 juta pekerjaan hilang di 2025, Indonesia menghadapi tantangan serius.
Di satu sisi, kita memiliki bonus demografi yang seharusnya menjadi peluang emas untuk memperkuat perekonomian.
Namun, di sisi lain, kebijakan yang lambat, tidak terarah, dan lebih menguntungkan elit ekonomi, berpotensi merusak fondasi tenaga kerja.
Tanpa intervensi yang tegas dan konkret, ancaman ini bisa menjadi bom waktu yang akan meruntuhkan stabilitas sosial dan ekonomi Indonesia.
Ketika kita mendekati 2025, harapan bonus demografi harus diimbangi dengan kebijakan yang kuat dan implementasi nyata.
Jika tidak, prediksi bahwa 85 juta pekerjaan akan hilang di 2025 akan menjadi kenyataan pahit yang harus ditanggung oleh jutaan rakyat Indonesia.
Baca juga: PT Pembiyaan Digital Indonesia Bergerak di Bidang Apa? Ini 3 Keunggulannya
Gig Economy: Solusi atau Ancaman?
Selain otomasi, Jokowi juga menyoroti meningkatnya gig economy, di mana perusahaan cenderung mempekerjakan pekerja lepas atau kontrak jangka pendek untuk mengurangi risiko ketidakpastian global.
Tren ini sebenarnya tidak sepenuhnya negatif, karena memberikan fleksibilitas bagi perusahaan dan pekerja.
Namun, jika tidak diatur dengan baik, ekonomi serabutan ini bisa menambah ketidakpastian bagi para pekerja.
Penggunaan tenaga kerja lepas memang bisa mengurangi biaya bagi perusahaan, tetapi di sisi lain, pekerja kehilangan stabilitas dan jaminan sosial yang biasanya diberikan kepada karyawan tetap.
Di masa depan, kebijakan ketenagakerjaan perlu mengakomodasi perubahan ini, dengan memberikan perlindungan bagi pekerja gig agar mereka tidak jatuh ke dalam jurang ketidakpastian.
Pernyataan Jokowi bahwa 85 juta pekerjaan akan hilang di 2025 harus menjadi peringatan serius bagi semua pihak.
Jika tidak dikelola dengan baik, bonus demografi yang diharapkan membawa keuntungan bisa berubah menjadi bom waktu yang menghancurkan perekonomian.
Tanpa kebijakan yang tegas dan strategi yang matang, prediksi hilangnya 85 juta pekerjaan di 2025 bisa menjadi kenyataan yang menghancurkan stabilitas sosial dan ekonomi Indonesia.