Baca juga: Miskin di Tengah Kemewahan: Fenomena Doom Spending Gen Z yang Memprihatinkan
Infrastruktur dan Biaya Logistik: Masalah Lama yang Kembali
Salah satu tantangan terbesar dalam proyek ini adalah logistik. Merauke memang memiliki tanah yang lebih baik untuk pertanian.
Tetapi tanpa infrastruktur yang memadai, biaya transportasi hasil panen ke wilayah lain akan sangat tinggi.
Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan: apakah keuntungan ekonomi dari proyek ini sebanding dengan biaya besar yang harus dikeluarkan untuk mengatasi masalah logistik?
Baca juga: Keadaan Pratama Arhan di Suwon FC Diungkap Petinggi Klub, Jarang Main karen Skill Kurang?
Apa yang Akan Dikorbankan?
Pemindahan proyek ini ke Papua tidak hanya soal lahan dan tanaman. Ini juga menyangkut dampak sosial dan lingkungan.
Papua, yang selama ini menjadi salah satu wilayah paling terpinggirkan di Indonesia, kini dihadapkan pada risiko eksploitasi sumber daya alam yang dapat merusak ekosistem lokal.
Selain itu, keterlibatan pihak swasta dalam pembangunan infrastruktur dapat mengarah pada privatisasi yang mengorbankan masyarakat lokal.
Apakah ini hanya sekedar eksperimen baru yang akan mengulang kegagalan yang sama? Atau, apakah Papua akan menjadi korban berikutnya dalam ambisi pemerintah untuk mencapai ketahanan pangan nasional?
Baca juga: Motor Listrik Polytron Fox 500, Ada Fitur Regenerative BrakingĀ Bisa Charging Otomatis
Food Estate Beralih ke Papua, Apa Risiko Nyata?
Alihkan proyek food estate ke Papua terlihat sebagai solusi cepat, namun penuh risiko. Tantangan seperti infrastruktur terbatas, biaya logistik tinggi, dan potensi kerusakan lingkungan bisa menjadi bumerang.
Papua, dengan keterbatasannya, mungkin akan menjadi korban baru dari ambisi besar ini.
Jika proyek di Kalimantan saja gagal, apa nasib Papua? Evaluasi mendalam diperlukan sebelum Papua menjadi eksperimen berikutnya yang berujung pada kerugian.