Penyebab kematian itu bervariasi mulai dari penyakit reproduksi, penyakit menular, hingga penyakit tidak menular.
Laporan pejabat AS tersebut juga menekankan bahwa jumlah total kematian diperkirakan akan sangat besar mengingat intensitas konflik.
Hancurnya infrastruktur layanan kesehatan, kekurangan makanan, air, dan tempat tinggal yang parah, serta ketidakmampuan penduduk untuk pindah ke tempat yang aman, dan hilangnya dana untuk UNRWA.
Jenazah Eyad Hegazi, seorang anak Palestina berusia 10 tahun yang menderita kekurangan gizi dan mengungsi dari Shejaiya.
Disemayamkan di pelukan saudara perempuannya setelah dia meninggal di rumah sakit Aqsa Martyrs di Deir el-Balah di Jalur Gaza tengah pada 14 Juni 2024 di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas.
The Lancet menekankan bahwa dalam konflik baru-baru ini, seperti pejabat AS, jumlah kematian tidak langsung berkisar antara 3 hingga 15 kali lipat jumlah kematian langsung.
Baca juga: Modus Taruh Depan Pintu, Wanita Ini Hendak Tipu Ojol yang Antar Makanan
“Jika kita menerapkan perkiraan konservatif yaitu empat kematian tidak langsung untuk setiap kematian langsung, kita akan menemukan bahwa angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan jumlah kematian langsung,” ungkap jurnal tersebut.
Mengingat lebih dari 38 ribu kematian yang dilaporkan di Gaza, tidak mengherankan jika diperkirakan ada 186 ribu atau bahkan lebih kematian yang tercatat di Gaza, tegas pejabat AS, The Lancet.
Lebih lanjut pejabat AS menjelaskan, The Lancet menekankan bahwa gencatan senjata segera dan mendesak di Jalur Gaza sangat diperlukan.
Selain itu, langkah-langkah untuk memungkinkan distribusi pasokan medis, makanan, air bersih, dan sumber daya lainnya untuk memenuhi kebutuhan dasar kemanusiaan sangat dibutuhkan.
Laporan tersebut menekankan pentingnya mencatat skala dan sifat penderitaan dalam konflik ini.
“Mendokumentasikan skala sebenarnya sangat penting untuk memastikan akuntabilitas sejarah dan mengakui dampak penuh dari perang tersebut.”