Namun, langkah ini menuai banyak kritik, terutama dari kelompok-kelompok yang selama ini mendukung solusi dua negara, yakni Palestina dan Israel yang hidup berdampingan secara damai.
Baca juga: Cara Gunakan Obat Nyamuk Vape Liquid Elektrik, Aman dari Gigitan Nyamuk
Muslim Amerika Kecewa: Janji Inklusivitas yang Pupus
Muslim Amerika yang sebelumnya berharap akan adanya kebijakan inklusif dari pemerintahan Trump merasa semakin terpinggirkan dengan kebijakan ini.
Bagi mereka, keputusan Trump memilih kabinet pro-Israel adalah pengkhianatan terhadap janji untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia dan toleransi antarumat beragama.
Sejak awal kampanye, Trump sering kali berbicara tentang pentingnya mendekatkan diri dengan semua kelompok agama.
Namun kenyataannya kebijakan yang ia terapkan lebih memperlihatkan keberpihakan kepada Israel, negara yang dalam pandangan banyak kalangan, memiliki rekam jejak yang buruk terkait hak-hak Palestina.
Keputusan ini memperburuk ketegangan antara pemerintah AS dan komunitas Muslim, yang selama bertahun-tahun merasa berada dalam posisi yang tidak diuntungkan.
Kebijakan tersebut menambah ketidakpercayaan terhadap pemerintahan yang mereka anggap tidak memperhatikan kebutuhan dan suara mereka.
Bagi banyak Muslim Amerika, pemilihan kabinet ini seolah menegaskan bahwa pemerintah lebih memilih untuk mendukung kebijakan luar negeri yang kontroversial dan cenderung mendiskriminasi komunitas yang lebih kecil.
Baca juga: Prediksi Line Up Indonesia Lawan Arab Saudi Kualifikasi Piala Dunia 2026, Eliano Main?