Dailynesia.co – Krisis ekonomi Indonesia kian mendalam dan tidak dapat diabaikan. Pemerintah dan pelaku ekonomi harus memperhatikan Tanda Krisis Ekonomi Indonesia yang semakin menonjol.’
Baca juga: Jalan Rusak, Bidan di Sulbar Ditandu Warga Menuju Rumah Sakit
Tanda Krisis Ekonomi Indonesia yang Kian Terasa Berbahaya
Berikut adalah Tujuh indikator utama yang menunjukkan bahaya krisis ekonomi yang semakin mendekat:
1. Rupiah Jeblok di Tengah Dolar Menguat
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus tertekan, mencapai level Rp16.250 pada April 2024, dari Rp15.575 pada Maret.
Ketergantungan ekonomi pada fluktuasi mata uang asing menunjukkan kerentanan yang signifikan dalam sistem keuangan nasional.
Dolar yang menguat berdampak pada nilai tukar rupiah yang melemah, mempersulit perusahaan dalam hal pembiayaan utang luar negeri dan ekspansi.
2. Penurunan Pertumbuhan Kredit
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan penurunan pertumbuhan kredit dari 11,83% menjadi 11,28% pada Februari 2024.
Penurunan ini mengindikasikan bahwa masyarakat dan perusahaan semakin enggan untuk berutang, yang pada gilirannya menekan konsumsi dan investasi.
Kenaikan suku bunga acuan BI juga turut memperburuk situasi ini, membuat pinjaman menjadi lebih mahal.
Baca juga: 5 Rekomendasi Rumah Belanja Muslim Elegan untuk Hari Raya
3. Turunnya Penjualan Mobil
Penjualan mobil mengalami penurunan signifikan hingga 23,8% pada tiga bulan pertama 2024.
Penurunan ini mencerminkan melemahnya daya beli masyarakat dan berkurangnya permintaan kendaraan, yang pada akhirnya mempengaruhi industri otomotif dan ekonomi secara keseluruhan.
4. Harga Pangan yang Melonjak
Kenaikan harga pangan, termasuk bawang merah dan beras, terus melonjak. Harga bawang merah di Jakarta mencapai Rp80.000 per kg, dua kali lipat dari harga normal.
Kenaikan harga pangan mengganggu konsumsi masyarakat dan meningkatkan biaya hidup, yang memperburuk ketidakstabilan ekonomi.
Baca juga: Update Penting: Aturan Baru Meterai untuk Pendaftaran Seleksi CPNS 2024
5. Porsi Pengeluaran untuk Konsumsi Menurun
Data Bank Indonesia menunjukkan penurunan porsi pengeluaran untuk konsumsi dari 74,6% menjadi 73,6%.
Penurunan ini mencerminkan melemahnya daya beli masyarakat dan menurunnya konsumsi rumah tangga, yang berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi domestik.
6. Kebijakan Ekonomi yang Tidak Konsisten
Kebijakan pemerintah yang sering berubah, seperti peraturan impor yang berganti-ganti, menciptakan ketidakpastian bagi dunia usaha.
Uncertainty tinggi ini menghambat keputusan investasi dan ekspansi, serta mengganggu stabilitas ekonomi secara keseluruhan.
Dari keenam tanda krisis ekonomi Indonesia di atas, jelas bahwa pemerintah harus segera mengambil tindakan konkret.
Sementara dukungan sering kali hanya fokus pada kelas bawah, kelas menengah tampaknya semakin diabaikan.
Baca juga: Cara Mudah Membuat Barcode Produk di Rumah
7. PHK Massal dan Pengurangan Jam Kerja
Tanda Krisis Ekonomi Indonesia terakhir adalah PHK massal di berbagai sektor, seperti tekstil dan e-commerce, serta pengurangan jam kerja menunjukkan dampak langsung dari krisis terhadap tenaga kerja.
Pengurangan jam kerja dan pemutusan hubungan kerja dapat menyebabkan peningkatan angka pengangguran dan menambah beban sosial.
Jangan sampai pemerintah menutupi kenyataan bahwa ekonomi kita dalam krisis dengan ilusi bahwa semua baik-baik saja.
Pemerintah perlu melakukan reformasi struktural yang signifikan dan kebijakan yang berorientasi pada stabilitas ekonomi secara menyeluruh.
Satu-satunya cara untuk mencegah krisis lebih lanjut adalah dengan mengimplementasikan kebijakan yang mendukung semua lapisan masyarakat secara adil dan efektif.
Penanganan krisis ini harus menjadi prioritas utama agar Indonesia bisa keluar dari ancaman ekonomi yang serius ini.